Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Sesungguhnya di Surga ada seratus tingkatan yang telah Allah sediakan bagi para mujahidin fisabilillah… Jika kalian memohon kepada Allah, mohonlah Surga Firdaus yang tinggi karena ia surga paling atas dan di atasnya terdapat Arsy ar-Rahman... (HR al-Bukhari).

Dalam kehidupan ini, tak jarang seorang Muslim mengharapkan hal-hal yang berkebalikan dengan amal perbuatan atau usahanya. Ia menghendaki karunia dan kebaikan Allah SWT kepada dirinya, tetapi ia sendiri jauh dari Diri-Nya sebagai Pemilik sejati karunia dan kebaikan. Padahal kebaikan dan karunia Allah SWT hanya mungkin diraih dengan seberapa keras ia ber-taqarrub kepada-Nya. Tak jarang pula seorang Muslim berusaha keras meraih kekayaan dan kesenangan dunia. Padahal umurnya sangatlah singkat untuk bisa menikmati semua kekayaan dan kesenangan dunia yang berhasil ia dapatkan. Meski kekayaannya berlimpah-ruah, apa yang ia makan, misalnya, tetaplah tak akan melebihi daya tampung perutnya. Tak sedikit Muslim yang gemar berbuat maksiat dan memperbanyak dosa dalam hidupnya. Padahal ia sendiri tak mungkin sanggup dan mampu menanggung azabnya yang pasti amat pedih. Sebaliknya, tak sedikit pula Muslim yang sedikit sekali menyiapkan bekal untuk akhiratnya. Padahal akhirat itu tempat kembali dirinya yang abadi alias tak berujung. Di sisi lain, kebanyakan Muslim tentu saja merindukan surga yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Namun, ia acapkali hanya ’membayarnya’ dengan amal yang alakadarnya. Padahal surga itu ’amat mahal’, hanya mungkin bisa ’dibeli’ dengan amal-amal shalih dan berkualitas.

Jika semua itu yang terjadi, setiap Muslim kiranya layak menyimak kata-kata Syaqiq al-Balkhai. Beliau bertutur, ”Engkau harus benar-benar memperhatikan lima perkara: (1) Beribadahlah kepada Allah SWT sesuai dengan kadar kebutuhanmu kepada-Nya (yakni kebutuhan akan kebaikan dan karunia-Nya); (2) Carilah (kekayaan) dunia sesuai dengan kadar usiamu di dalamnya (yakni sebatas bekal hidup kita di dunia yang singkat ini); (3) Berbuatlah dosa/maksiat kepada Allah SWT sesuai dengan kadar kesanggupanmu memikul azab-Nya (yang tentu tak ada seorang pun yang sanggup memikulnya karena
sesungguhnya azab Allah SWT sangatlah pedih); (4) Siapkanlah bekal di dunia sesuai dengan kadar kebutuhanmu untuk kehidupan di akhirat; (5) Beramal shalihlah sesuai dengan kadar keinginanmu untuk menempati maqam (tingkat) mana di surga yang engkau kehendaki (karena maqam setiap orang di surga bergantung pada seberapa banyak dan seberapa berkualitas amal-amal shalihnya) (An-Nawawi, Nasha’ih al-’Ibad, hlm. 39).

Pernyataan al-Balkhai di atas mengajari kita untuk menyadari: Pertama, kebutuhan kita akan karunia dan kebaikan Allah SWT sangatlah besar, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, kesungguhan kita dalam beribadah kepada-Nya haruslah berbanding lurus dengan kebutuhan tersebut. Dalam al-Quran Allah SWT sendiri berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang amat pedih? Hendaklah kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang di jalan-Nya dengan harta dan jiwa kalian (QS ash-Shaff [61]:10-11).

Ayat ini tegas menyatakan bahwa keselematan dari azab yang amat pedih harus ‘dibayar’ dengan iman dan jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah SWT.

Kedua, Islam tidak melarang seorang Muslim untuk meraih kekayaan dunia. Hanya saja, dengan usia manusia yang amat singkat, sebanyak apapun kekayaan yang didapat sejatinya yang bisa dinikmati hanya sedikit saja. Karena itu, alangkah baiknya jika sebagian besar kekayaan itu diinfakkan untuk kepentingan akhirat.

Ketiga, azab Allah SWT sesungguhnya amat pedih (Lihat, misalnya, QS an-Nisa’ [4]: 56). Karena itu, sekecil apa pun dosa/maksiat yang pasti mengundang azab Allah SWT itu, sudah seharusnya dihindari.

Keempat, kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi. Karena itu, setiap Muslim harus menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan di sana. Bekal terbaik itu tak lain adalah takwa (Lihat, misalnya, QS al-Baqarah [2]: 197).

Kelima, Rasul bersabda, “Sesungguhnya di Surga ada seratus tingkatan yang telah Allah sediakan bagi para mujahidin fi sabilillah… Jika kalian memohon kepada Allah, mohonlah Surga Firdaus yang tinggi karena ia surga paling atas dan di atasnya terdapat Arsy ar-Rahman…” (HR al-Bukhari). Melalui hadis ini sesungguhnya Rasul saw. mengajari kita agar beramal shalih sebanyak dan sebaik mungkin. Dengan itulah Surga Firdaus dapat diraih. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bisa
meraihnya. Amin.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []

=======================================

Yuk Gabung Channel ⤵
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar

➡ Website Resmi: https://ariefbiskandar.com/

Yuk Download Ebook Gratis : https://lynk.id/uabi

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.