Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
DI dunia ini, di antara kita ada yang memiliki banyak harta dan kekayaan; menyandang sejumlah jabatan bahkan memiliki kekuasaan; mempunyai pasangan hidup yang cantik/ganteng dan anak keturunan yang rupawan; serta hal-hal lain yang disukai.
Namun, ingatlah! Semua itu pada akhirnya tak berarti. Tentu saat tiba-tiba kita mati. Saat mati, kita baru sadar. Semua yang kita miliki ternyata hilang dari genggaman. Tertinggal. Tak dibawa mati. Persis seperti orang yang bermimpi tentang hal-hal yang ia sukai. Saat terjaga, semuanya sirna.
Demikianlah sebagaimana dinyatakan oleh Al-Hasan bin Abi al-Hasan rahimahulLaah:
ما الدنيا كلها من أولها إلى آخرها، إلا كرجل نام نومة، فرأى في منامه ما يحب، ثم انتبه
Dunia itu seluruhnya, dari awal sampai akhir, tidak lain seperti seseorang yang tidur pada suatu waktu. Lalu dalam tidurnya ia bermimpi tentang hal-hal yang ia sukai. Kemudian ia terjaga (lalu semua yang ia mimpikan sirna) (Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliyaa’, 6/ 270).
Karena itu jangan terlena mengejar dunia yang fana. Fokuslah mengejar akhirat (surga) yang nyata dan kekal abadi. Tentu dengan memperbanyak amal shalih sebagai satu-satunya bekal saat menghadap Allah SWT di akhirat nanti.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []