Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

DALAM Islam standar kebenaran hanyalah al-Quran dan as-Sunnah. Pendapat apapun, juga dari siapapun, jika bertentangan dengan keduanya, adalah batil. 

Karena itu banyaknya pengikut suatu pendapat tidak menjadi ukuran kebenaran. Sebabnya, Allah SWT tegas berfirman:

 

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ

Jika kalian mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah (QS al-An’am [6]: 116)

 

Tentu penting bagi kita untuk selalu menjaga kewarasan akal kita dengan selalu menerima kebenaran, dari manapun dan dari siapapun. Hanya orang sombong yang menolak kebenaran. Begitulah sabda Rasulullah saw.:

 

 الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Sombong itu adalah menolak kebenaran dan cenderung suka merendahkan orang lain (HR Muslim).

 

Karena itu Ibnu Baththah rahimahulLaah  menegaskan:

 

فمن سمع الحق فأنكره بعد علمه له فهو من المتكبرين على الله – (كتاب الإبانة، ٦٨٨)

Siapa saja yang telah mendengar suatu kebenaran, lalu dia mengingkari kebenaran itu setelah dia tahu, maka dia termasuk orang-orang yang menyombongkan diri di hadapan Allah SWT. (Ibnu Baththah, Al-Ibaanah, hlm. 688).

 

Alhasil, yuk selalu bersikap rendah hati di hadapan kebenaran. Jangan sekali-kali bersikap sombong. Apalagi Allah SWT tidak suka terhadap orang-orang yang sombong (QS an-Nahl [16]: 23).

 

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []