Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad saw.” (HR al-Bukhari).

Manusia manapun butuh petunjuk. Butuh pedoman hidup. Tanpa itu, siapapun akan tersesat jalan. Hidup tanpa arah dan tujuan.

Bersyukurlah kita menjadi seorang Muslim. Kita punya pedoman hidup. Bersumber langsung dari sang Pencipta kehidupan. Itulah al-Quran. Kita pun memiliki penunjuk jalan. Penerang kehidupan. Dialah Rasulullah saw., pemilik as-Sunnah. Itulah yang secara tegas beliau sabdakan, “Sungguh petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad saw.” (HR al-Bukhari).

Sayang, saat ini masih saja banyak Muslim yang menyimpang. Dari al-Quran maupun as-Sunnah. Memang, mereka menunaikan ibadah ritual—shalat, shaum, zakat atau haji—karena menjalankan perintah al-Quran. Tatacaranya pun mengikuti petunjuk as-Sunnah. Namun, tak demikian di luar ibadah ritual. Petunjuk Nabi saw. telah lama ditanggalkan. As-Sunnah tak lagi jadi rujukan. Ini terjadi baik di level pribadi, sosial maupun negara.

Di level pribadi, dalam hal berpakaian saja, misalnya, banyak wanita Muslimah yang lebih mengikuti tren. Pamer aurat. Obral kecantikan. Petunjuk Nabi saw. agar menutup seluruh tubuh mereka di ruang publik (HR Abu Dawud)—kecuali wajah dan telapak tangan—tak mereka pedulikan.

Di level sosial, dalam muamalah, misalnya, riba masih dominan dipraktikkan dalam keseharian. Bahkan sekarang muncul banyak tawaran aplikasi pinjaman ribawi online. Sudah banyak korbannya. Padahal kata Nabi saw., “Satu dirham (sekitar Rp 70 ribu) harta riba lebih berat (dosanya) daripada berzina dengan 36 pelacur.” (HR Ahmad).

Di level Negara, kondisinya lebih parah. Sebabnya, Negara sejak awal tak menerapkan al-Quran dan as-Sunnah. Lantas bagaimana mungkin rahmat Allah SWT akan diturunkan?!

Wa maa tawfiiqii ilLaa bilLaah.