Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Salman ra. menuturkan riwayat sebagai berikut:

Pada hari terakhir bulan Sya’ban, Baginda Rasulullah saw., berkhutbah di hadapan kami, “Wahai manusia, kini telah dekat kepada kalian satu bulan yang agung, bulan yang sarat dengan berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik (nilainya) daripada seribu bulan. Inilah bulan yang di dalamnya Allah menetapkan puasa di siang harinya sebagai kewajiban dan shalat tarawih di malam harinya sebagai sunnah. Siapa saja yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah pada bulan ini dengan amalan-amanal sunnah maka pahalanya seperti dia melakukan amalan-amalan fardhu di bulan yang lain. Siapa saja yang melakukan amalan-amalan fardhu di bulan ini maka dia akan dibalas dengan pahala seperti dia melakukan amalan fardhu ini tujuh puluh kali di bulan-bulan yang lain. Inilah bulan kesabaran dan balasan kesabaran yang sejati adalah surga. Bulan ini juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan ini rezeki orang-orang beriman ditambah. Siapa saja yang memberi makan orang untuk berbuka puasa maka baginya adalah ampunan atas dosa-dosanya, pembebasan dirinya dari neraka Jahanam dan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”

Kami berkata, “Ya Rasulullah, tidak semua orang di antara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.”

Rasulullah saw. menjawab, “Allah akan melimpahkan karunia ini kepada seseorang yang memberi makan orang yang berbuka puasa meski hanya dengan sebiji kurma, seteguk kurma, atau seisap air susu. Inilah bulan yang sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh hari pertengahannya ampunan dan sepuluh hari terakhirnya pembebasan dari neraka Jahanam. Siapa saja yang meringankan beban hamba sahayanya di bulan ini, Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah di bulan ini empat perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Allah, yaitu hendaklah kalian memperbanyak kalimah-kalimat thayibah dan istigfar. Dua perkara lagi pasti kita butuhkan, yaitu hendaknya memohon kepada Allah surga dan berlindung kepada-Nya dari neraka Jahanam…” (HR Ibn Khuzaimah).

Paling tidak, ada tiga pesan inti dari khutbah Baginda Nabi saw. di atas. Pertama: bulan Ramadhan menuntut kita untuk semakin meningkatkan taqarrub kepada Allah SWT dengan amalan-amalan salih, yang fardhu maupun yang sunnah. Yang fardhu tentu saja puasa dan amalan-amalan lain yang tidak boleh ditinggalkan meski di luar bulan Ramadhan seperti shalat lima waktu, menuntut ilmu, berdakwah, melakukan amar makruf nahi mungkar, berbakti kepada orangtua, berjuang menegakkan syariah dan Khilafah, dll. Yang sunnah adalah seperti shalat malam, tilawah al-Quran, bersedekah dll.

Kedua: memperbanyak doa serta memohon ampunan dan perlindungan kepada Allah dari azab neraka Jahanam.

Ketiga: bersimpati kepada orang lain meski dengan sekadar memberi makan orang yang berbuka puasa dengan seteguk air atau sebiji kurma. Kondisi kekurangan tidak menjadi alasan untuk berbagi dengan orang lain. Para Sahabat telah memberikan teladan yang baik dalam hal ini. Dalam sebuah riwayat terkenal, Abu Jahm ra. bertutur bahwa saat berlangsung Perang Yarmurk, ia pergi mencari sepupunya yang ikut berperang sambil membawa air dalam sebuah kantong kulit untuk minum dan membasuh lukanya sekiranya ia masih hidup. Secara kebetulan, ia menemukan sepupunya tergeletak bersimbah darah. Saat ia ditanya apakah perlu air, ia menjawab, “Ya.” Namun, tak lama kemudian terdengar suara orang mengerang dari tempat tidak jauh dari mereka. Sepupu Abu Jahm pun menunjuk ke arah suara itu dengan maksud agar Abu Jahm memberikan terlebih dulu air kepada orang itu yang memang sedang sangat kehausan. Baru saja Abu Jahm mau memberi minum orang itu, tiba-tiba terdengar suara lain yang juga mengerang. Orang kedua ini pun segera memberikan isyarat kepada Abu Jahm agar memberi minum terlebih dulu orang yang barusan mengerang itu. Dengan cepat Abu Jahm menghampiri orang ketiga yang juga sedang terluka itu untuk memberinya minum. Belum sempat Abu Jahm memberinya minum, orang itu keburu meningggal. Abu Jahm segera kembali menuju orang kedua. Namun, orang kedua pun ternyata sudah meninggal. Segera Abu Jahm menghampiri kembali sepupunya. Namun, sepupunya pun telah syahid lebih dulu.

Semoga pesan-pesan Baginda Nabi saw., juga teladan para Sahabat di atas, betul-betul bisa kita realisasikan, di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Amin. []

=======================================

Yuk Gabung Channel ⤵
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar

➡ Website Resmi: https://ariefbiskandar.com/

E-Book Gratis : https://lynk.id/uabi
E-Book Premium : http://lynk.id/uabi/kAEDDpR

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.