Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

BANYAK orang beranggapan bahwa hidupnya di dunia masih lama. Apalagi jika ia merasa usianya masih muda. Jarang yang membayangkan bahwa esok atau lusa mungkin saja ajalnya tiba.

Karena itu, saat malam tiba, sebelum beranjak tidur, sebagian orang merencanakan sejumlah hal untuk esok harinya. Tentu karena merasa yakin bahwa esok atau lusa masih tetap hidup. 

Tentu saja tak ada yang salah dengan merencanakan banyak hal untuk kehidupan duniawi agar senantiasa hidup sesuai target dan bisa lebih baik dari waktu ke waktu.

Namun demikian, jangan pula dilupakan, saat kita merencanakan banyak hal duniawi, kematian boleh jadi datang lebih awal daripada banyak hal yang sudah kita rencanakan.

Itulah mengapa, banyak Sahabat Rasulullah saw. sering membayangkan esok hari, bahkan membayangkan saat mereka tidur di malam hari, tiba-tiba ajal datang kepada mereka. 

Demikian sebagaimana yang digambarkan oleh

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahulLaah:

 

كان كثير من الصحابة يوتر من أول الليل، منهم: أبو بكر الصديق،  وعثمان بن عفان،  وأبوهريرة، وأبو ذر، وأبو الدرداء. ومنهم من كان يفعل ذلك خشية من هجوم الموت في النوم، فإنهم كانوا على نهاية من قصر الأمل – فتـــح البـــاري (٩ / ١٦١)

Banyak Sahabat Nabi saw. biasa menunaikan shalat witir pada awal malam (sebelum tidur, pen.). Di antara mereka adalah Abu Bakar ash-Shiddiq ra., Ustman bin ‘Affan ra., Abu Hurairah ra., Abu Dzarr dan Abu ad-Darda’ ra. Mereka melakukan demikian karena khawatir tiba-tiba kematian datang kepada mereka saat mereka tidur (sehingga tidak sempat menunaikan shalat witir, pen.). Mereka benar-benar  pendek angan-angan (tak pernah membayangkan esok-lusa masih tetap hidup, pen.). (Ibnu Rajab, Fath al-Baari, 9/161).

Di sinilah pentingnya kita untuk sering-sering mengingat mati (dzikrul mawt). Semoga kesadaran bahwa setiap saat kita “diintai” oleh kematian semakin mendorong kita untuk selalu waspada. 

Semoga kewaspadaan kita akan datangnya kematian secara tiba-tiba senantiasa mendorong kita untuk banyak bertobat, meninggalkan ragam maksiat dan memperbanyak amal shalih untuk bekal di akhirat. Semua itu kita lakukan dengan istiqamah hingga akhir hayat sehingga kita mati dalam keadaan husnul khatimah.

Aamiin.

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []