Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

BERSEDIH atas musibah sebetulnya adalah hal yang manusiawi. Hanya saja, bagi seorang Muslim musibah itu ada dua macam. 

Pertama: Musibah yang menimpa agamanya (misal: malas beribadah, sedikit beramal shalih, banyak berbuat maksiat, dll). 

Kedua: Musibah yang menimpa dunianya (misal: ditimpa sakit, kehilangan harta, ditinggal mati orang yang dicintai, kehilangan jabatan, dll). 

Bagi seorang Muslim, musibah yang menimpa agamanya sejatinya lebih besar daripada musibah yang menimpa dunianya. Sebagaimana dinyatakan oleh

Hatim al-‘Asham rahimahulLaah

مصيبة الدين أعظم من مصيبة الدنيا ولقد ماتت لي بنت فعزاني أكثر من عشرة ألاف وفاتتني صلاة الجماعة فلم يعزني أحد! (عبد العزيز محمد السلمان، إرشاد العباد ليوم المعاد، ص18)

Musibah yang menimpa agama adalah lebih besar daripada musibah yang menimpa dunia. (Namun anehnya) saat putriku meninggal, datang bertakziyah kepadaku lebih dari 10 ribu orang. Namun, saat aku pernah ketinggalan satu kali shalat berjamaah di masjid, tak seorang pun yang bertakziyah kepadaku (As-Salman, Irsyaad al-‘Ibaad ilaa al-Isti’daad li Yawm al-Ma’aad, hlm. 18).

Yang lebih besar lagi adalah saat musibah yang menimpa agama ini tidak banyak disadari dan dirasakan oleh seorang Muslim sehingga ia pun tidak bersedih karenanya. Padahal boleh jadi ia sudah lama ditimpa “musibah” dalam bentuk rasa malas beribadah, jarang menghadiri majelis-majelis ilmu, banyak berbuat dosa, sering menzalimi orang lain, dll.

Demikian sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin al-Mubarak rahimahulLaah:

من أعظم المصــائب للرجل أن يعلم من نفســه تقصيرًا، ثم لا يبالي، ولا يحزن عليه* (البيهقي، شعب الإيمان، ٨٦٧).

Di antara musibah (bencana) terbesar yang menimpa seseorang adalah dia tahu bahwa dirinya banyak kekurangan (kurang ilmu dan amal shalih), namun dia tidak peduli dan tidak bersedih karenanya (Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iimaan, hlm. 876).

Semoga kita selalu bersedih atas musibah yang menimpa agama kita jauh melebihi kesedihan kita terhadap musibah yang menimpa dunia kita. 

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []