Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
KEHIDUPAN dunia memang merupakan ujian bagi manusia. Bahkan andai manusia tidak ditimpa oleh musibah apapun, kehidupan dunia tetap merupakan ujian bagi mereka.
Karena itu kesabaran adalah keniscayaan bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan dunia ini. Demikian sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu al-Jauzi rahimahulLaah:
فالدنيا وُضعت للبلاء، فينبغي للعاقل أن يوطّن نفسه على الصّبر
“Kehidupan dunia itu dibuat memang sebagai ujian (bagi manusia). Karena itu manusia yang berakal sudah seharusnya memposisikan dirinya selalu ada dalam kesabaran” (Ibnu al-Jauzi, Shayd al-Khaathir, hlm. 399).
Karena itu sabar dalam semua kondisi sangatlah penting. Apalagi saat seseorang ditimpa musibah. Tak selayaknya seorang Muslim yang ditimpa musibah terus-menerus larut dalam kesedihan. Sebabnya, kata Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah rahimahulLaah:
ما مضى لا يدفع بالحــزن بل بالرضا و الحمــــد و الصبر و الإيمان بالقدر و قول العبد قدر الله و ما شاء فـعل
“Musibah apapun yang terjadi tidak akan hilang oleh kesedihan. Akan tetapi, musibah akan hilang oleh sikap ridha, rasa syukur, sabar, keimanan pada takdir dan ucapan, “QaddaralLaah (Allah memang telah mentakdirkan demikian) . Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.” (Ibnu al-Qayyim, Zaad al-Ma’aad, 2/342).
Bahkan saat ditimpa musibah, seorang Muslim hendaknya berada dalam puncak kesabaran. Apa yang disebut dengan puncak kesabaran? Kata Rabi’ah bin Abdurrahman rahimahulLaah:
أن يكون يوم تصيبه المصيبة مثل قبل أن تصيبه
“(Puncak kesabaran) adalah saat hari (yang di dalamnya seseorang) ditimpa musibah serupa keadaannya dengan hari sebelum (ia) ditimpa musibah (seperti biasa saja/seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa)” (Al-Ashbahani, Hilyah al-Awliyaa‘, 3/261).
Semoga kita selalu berada dalam puncak kesabaran. Terutama saat kita ditimpa musibah apapun. Aamiin.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []