Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
IBNU Abdil Hakim pernah menjelaskan kebiasaan Imam Malik, guru dari Imam Syafii, selama bulan Ramadhan. “Jika tiba bulan Ramadhan, Imam Malik menghindar dari membacakan hadis dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu,” kata Ibnu Abdil Hakim.
Bukankah majelis hadis sangat mulia? Bukankah berdiskusi dengan ahli ilmu itu sangat baik? Lalu apa yang dikerjakan Imam Malik? Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Beliau berkonsentrasi membaca Al-Qur’an dari mushaf.”
Tentu Imam Malik bukan tidak hapal Al-Quran. Namun, inilah cara beliau memuliakan al-Qur’an dan meraih keutamaan dalam membaca Al-Qur’an.
Sebagian ulama berpendapat, Ramadhan adalah bulan agung (syahr ‘azhîm), bulan mulia (syahr ‘ali) dan bulan penuh berkah (syahr mubârak). Di antara keagungan, kemuliaan dan keberkahan bulan Ramadhan karena dalam bulan inilah Alquran diturunkan (QS al-Baqarah [2]: 185), selain karena dalam bulan ini pula biasanya kaum Muslim lebih banyak lagi membaca dan mengkaji Al-Qur’an.
Keagungan Al-Qur’an
Keagungan Al-Qur’an bukan hanya karena ia diturunkan pada bulan yang istimewa, yakni Ramadhan. Keagungan Al-Qur’an tentu saja karena ia adalah kalamullah. Sebagai kalamullah, Al-Qur’an adalah kitab yang tak ada tandingannya. Allah SWT berfirman (yang artinya): Tidakkah kalian memperhatikan Alquran? Seandainya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka bakal menjumpai banyak pertentangan di dalamnya (TQS an-Nisa’ [4]: 82).
Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Jika kalian tetap dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah saja yang serupa dengan Al-Qur’an itu, dan ajaklah para penolong kalian selain Allah jika kalian memang orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23).
Tidak aneh jika Baginda Rasulullah saw. pun bersabda, ” Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah…” (HR Ahmad).
Keutamaan Membaca, Mengkaji dan Mengamalkan Al-Qur’an
Baginda Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR al-Bukhari).
Rasul juga bersabda, ”Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia menguasainya akan bersama-sama para malaikat yang mulia dan baik. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an secara terbata-bata dan merasakan kesulitan akan mendapatkan dua pahala.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasul pun bersabda, ”Tak ada iri kecuali terhadap dua orang: orang yang Allah beri Al-Qur’an, lalu ia mengamalkannya siang-malam; orang yang Allah beri harta, kemudian ia menginfakkannya siang-malam.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dosa Mengabaikan Al-Qur’an
Jika membaca, mengkaji dan mengamalkan Al-Qur’an dianggap sebagai perbuatan mulia, maka mengabaikan Al-Qur’an tentu merupakan perbuatan tercela. Allah SWT berfirman (yang artinya): Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang diabaikan.” (TQS al-Furqan [25]: 30).
Rasulullah saw. mengadukan perilaku kaumnya yang menjadikan Al-Qur’an sebagai mahjûr[an]. Mahjûr[an] merupakan bentuk maf’ûl, berasal dari al-hujr, yakni kata-kata keji dan kotor. Maksudnya, mereka mengucapkan kata-kata batil dan keji terhadap Al-Qur’an, seperti tuduhan Al-Qur’an adalah sihir, syair, atau dongengan orang-orang terdahulu (QS al-Anfal [8]: 31).
Bisa juga berasal dari al-hajr yakni at-tark (meninggalkan, mengabaikan, atau tidak memedulikan). Jadi, mahjûr[an] berarti matrûk[an] (yang ditinggalkan, diabaikan, atau tidak dipedulikan) (Lihat: at-Thabari, 9/385-386).
Banyak sikap dan perilaku yang oleh para mufasir dikategori hajr al-Qur’ân (meninggalkan atau mengabaikan Al-Qur’an). Di antaranya adalah menurut al-Qasimi (7/425) menolak untuk mengimani dan membenarkannya; tidak men-tadaburi dan memahaminya; tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya; berpaling darinya, kemudian berpaling pada lainnya, baik berupa syair, ucapan, nyanyian, permainan, ucapan, atau tharîqah yang diambil dari selainnya; sikap tidak mau menyimak dan mendengarkan Al-Qur’an; bahkan membuat kegaduhan dan pembicaraan lain sehingga tidak mendengar Al-Qur’an saat dibacakan, sebagaimana digambarkan Allah SWT (Lihat QS Fushshilat [41]: 26).
Al-Qur’an Memberi Syafa’at
Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (pertolongan) pada Hari Kiamat nanti kepada orang yang biasa membaca, mengkaji dan mengamalkannya. Baginda Rasulullah SAW bersabda, ”Bacalah oleh kalian Alquran karena ia akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membaca dan mengamalkannya.” (HR Muslim).
Rasulullah bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada Hari Kiamat nanti. Puasa akan berkata, ‘Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat. Karena itu, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.’ Al-Qur’an pun berkata, ‘Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karena itu, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Lalu syafa’at keduanya diperkenankan.” (HR Ahmad, al-Hakim dan ath-Thabrani).
Semoga kita yang saat ini sedang berpuasa Ramadhan dan banyak membaca Al-Qur’an, termasuk orang yang akan mendapatkan syafa’at puasa dan Al-Qur’an pada Hari Kiamat nanti. Aamiin.
Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []
=======================================
Yuk Gabung Channel ⤵
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar
➡ Website Resmi:
https://ariefbiskandar.com
Yuk Beramal Jariyah ⤵:
berbagi.link/amaljariyah
Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.