Oleh : Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)
Suatu ketika, seorang ulama zuhud terkemuka, Ibrahim bin Adham rahimahulLaah, pergi safar ke Baitullah (Makkah). Beliau berpapasan dengan seorang Arab dusun (pedalaman). Dia pun sedang safar dengan mengendarai seekor unta. Dia bertanya, “Syaikh, mau kemana?” Ibrahim bin Adham menjawab, “Ke Baitullah.” Dia bertanya lagi, “Anda ini, maaf, seperti tidak waras. Saya tidak melihat Anda membawa kendaraan, juga bekal. Padahal perjalanan sangat jauh.” Ibrahim kembali berkata, “Sebetulnya saya memiliki beberapa kendaraan. Hanya saja, engkau tak melihatnya.” Orang itu bertanya, “Kendaraan apa gerangan?” Ibrahim bin Adham menjawab, “Jika di perjalanan aku tertimpa musibah, aku menaiki kendaraan sabar. Jika di perjalanan aku mendapatkan nikmat, aku menaiki kendaraan syukur. Jika di perjalanan Allah SWT menetapkan suatu qadha’ kepadaku, aku menaiki kendaraan ridha.” Orang itu lalu berkata, “Jika demikian, teruskan perjalanan Anda, Syaikh, dengan izin Allah. Anda benar-benar berkendaraan. Sayalah yang tak berkendaraan.” (Fakhruddin ar-Razi, Mafaatih al-Ghayb, 1/234).
Kisah di atas tentu layak direnungkan. Terutama jika kita kaitkan dengan realitas kehidupan kita sendiri. Dalam banyak perjalanan, terutama perjalanan jauh, betapa sering kita lebih memperhatikan kendaraan dan bekal fisik ketimbang kendaraan dan bekal batin. Sebelum berangkat kita biasanya sudah sejak awal merencanakan apakah akan naik kendaraan pribadi, kereta atau pesawat. Kita pun kadang sejak jauh-jauh hari sudah menyiapkan bekal fisik: uang secukupnya, makanan, pakaian dan perlengkapan fisik lain. Tentu semua itu patut disiapkan. Apalagi saat akan menempuh perjalanan jauh.
Namun, yang sering lupa kita siapkan, sebagaimana yang diutarakan oleh Ibrahim bin Adham di atas, adalah kendaraan dan bekal batin. Padahal di sepanjang perjalanan, apapun bisa terjadi. Baik yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan. Di sinilah
pentingnya kita berbekal: sabar saat ditimpa musibah, syukur saat mendapatkan nikmat dan ridha atas qadha’ apapun yang menimpa di perjalanan. Hanya dengan itulah perjalanan kita akan selalu terasa menyenangkan.
Wa maa tawfiiqii ilLaa bilLaah.
=======================================
Yuk Gabung Channel
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar
Website Resmi:https://ariefbiskandar.com/
Yuk Beramal Jariyah :
berbagi.link/amaljariyah
Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.