JANGAN SEPERTI BABI

148

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

SEBAGIAN orang ada yang tabiatnya seperti tabiat babi. Saat melewati makanan- makanan yang baik, babi tidak tertarik. Namun, saat seseorang muntah, babi tersebut segera memakan habis muntah itu. Sifat seperti ini banyak pada manusia. Saat dia
mendengar dan melihat dari dirimu berbagai kebaikan yang berkali lipat daripada keburukan, dia tidak berusaha mengingatnya, tidak menceritakannya dan itu semua tidak sesuai dengan seleranya. Sebaliknya, saat dia melihat ketergelinciranmu atau ucapanmu yang keliru, maka dia merasa mendapatkan keinginannya dan apa yang sesuai dengan seleranya. Lalu dia menjadikan itu sebagai buah hidangannya dan menceritakannya ke sana kemari. (Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Madârij as-Sâlikîn, I/695-696).

Apa yang diungkap oleh Ibnu a-Qayyim pada masa lalu sepertinya banyak juga terjadi hari ini. Banyak orang pura-pura buta dan tuli terhadap berbagai kebaikan orang lain yang begitu banyak. Namun, ia begitu amat peka terhadap sedikit saja keburukan orang lain tersebut. Sikap demikian sesungguhnya bermuara pada sikap hasad (dengki). Tak gembira saat orang lain berbuat kebaikan. Berduka saat orang mendapat kemuliaan
karena amal shalihnya. Namun, begitu antusias saat orang lain tersebut berbuat salah. Sangat riang saat orang lain terjatuh dalam kesalahan. Sekali lagi, sikap demikian lahir dari sikap hasad (dengki).

Hasad (dengki) tentu saja tercela di dalam Islam. Begitu tercelanya, Ibnu al-Qayyim, sebagaimana terungkap di atas, menggambarkan sikap yang lahir dari hasad (dengki) ini dengan tabiat babi.

Karena itu jangan sampai kita memiliki tabiat seperti babi.

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah.

=======================================

Yuk Gabung Channel
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar