Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

IMAM Ali Zainal Abidin bernama asli Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 38 H/658-659 M. Ia adalah cicit Nabi Muhammad saw. Neneknya adalah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw. Ia kadang disebut dengan Abu Husain atau Abu Muhammad (Muhammad Uwaydhah, Fashl al-Khithâb fi az-Zuhd wa ar-Raqâiq wa al-Adâb, 1/702).

Ali bin al-Husain dikenal dengan julukan “Zayn al-Abidîn (Hiasan Para Ahli Ibadah)” karena kemuliaan pribadi dan ketakwaannya. Ia pun digelari dengan “As-Sajjâd” karena begitu banyaknya ia beribadah dan bersujud kepada Allah SWT, baik siang maupun malam (Muhammad Uwaydhah, Fashl al-Khithâb, 1/702).

Terkait ibadahnya, diriwayatkan bahwa sering setiap kali hendak menunaikan shalat, wajahnya pucat dan badannya gemetar. Saat ditanya, “Mengapa demikian?” Ia menjawab, “Tidakkah engkau tahu, di hadapan siapa aku berdiri shalat dan kepada siapa aku bermunajat?!” (Asy-Syarani, Thabaqât al-Kubrâ, 1/27).

Namun demikian, Ali Zainal Abidin juga pernah bertutur, “Ibadah orang merdeka itu tidak lain didorong oleh rasa syukur, bukan semata-mata karena takut dan harap.” (Asy-Syarani, Thabaqât al-Kubrâ, 1/27).

Karena itu sebagai bentuk rasa syukurnya, Ali bin Husain banyak beribadah setiap hari. Ia pun tidak pernah meninggalkan shalat malam, baik saat muqim ataupun dalam keadaan safar (Asy-Syarani, Thabaqât al-Kubrâ, 1/27).

Imam Ali Zainal Abidin juga terkenal dengan keagungan akhlaknya. Sejak kecil Ali Zainal Abidin telah menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji. Keutamaan adab, ilmu dan ketakwaan telah menyatu dalam dirinya. 

Terkait keagungan akhlaknya, jika seseorang menjelek-jelekan dirinya, misalnya, ia tidak marah. Ia akan segera mendatangi orang itu di rumahnya. Lalu secara baik-baik ia akan berkata, “Saudaraku, jika memang yang engkau katakan tentang aku itu benar, semoga Allah mengampuni diriku. Namun, jika apa yang engkau katakan tentang diriku batil, semoga Allah mengampunimu.” (Asy-Syarani, Thabaqât al-Kubrâ, 1/27).

Dalam kisah lain disebutkan, suatu hari, ketika keluar dari masjid, seorang lelaki mencaci Imam Ali Zainal Abidin. Spontan orang-orang di sekitarnya berusaha memukul lelaki tersebut, tetapi Imam Ali Zainal Abidin mencegah mereka. Lalu ia berkata kepada orang itu, “Apa yang engkau belum ketahui tentang diriku? Apakah engkau membutuhkan sesuatu?” Mendengar ucapan lemah-lembut itu, orang itu merasa malu. Apalagi Imam Ali Zainal Abidin kemudian memberi dia uang 1000 dirham (sekitar Rp 65 juta). Seketika lelaki itu berkata, “Saya bersaksi, engkau benar-benar cicit Rasulullah saw.” (Asy-Syarani, Thabaqât al-Kubrâ, 1/28).

Imam Ali Zainal Abidin dikenal sebagai orang yang amat ikhlas dalam beramal. Ia sering menyembunyikan amal kebaikannya. Ia, misalnya, sering memikul tepung dan roti di punggungnya untuk dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga miskin di Madinah. Menurut adz-Dzahabi dalam Siyar al-Alam an-Nubalâ, hal itu ia lakukan secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, bahkan tanpa diketahui oleh mereka yang diberi. Orang-orang miskin itu tak pernah tahu siapa yang selama ini telah menghidupi mereka. Mereka baru tahu setelah tidak ada lagi yang mengirim gandum dan roti hampir setiap malam ke rumah-rumah mereka sejak Imam Ali Zainal Abidin wafat.

Mengapa ia melakukan itu? Tidak lain karena ia yakin dengan kata-katanya sendiri, “Sedekah di kegelapan malam bisa menghapus murka Allah SWT.” (Muhammad Uwaydhah, Fashl al-Khithâb, 1/711).

Ali Zainal Abdin juga termasuk ulama yang gemar melakukan amar makruf nahi mungkar. Terkait ini, ia pernah berkata, “Siapa saja yang meninggalkan amar makruf nahi mungkar, ia seperti melemparkan al-Quran ke balik punggungnya.” (Muhammad Uwaydhah, Fashl al-Khithâb, 1/709).

Imam Ali Zainal Abidin wafat di Madinah pada tanggal 25 Muharram 95 H/713 M (dalam usia 57 tahun); ada pula yang menyatakan wafat pada 25 Muharram 95 H. Ia disemayamkan di Pekuburan Baqi. 

Semoga seluruh keagungnnya bisa kita teladani. Aamiin.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []

=======================================

Yuk Gabung Channel ⤵
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar

➡ Website Resmi:
https://ariefbiskandar.com

Yuk Beramal Jariyah ⤵:
berbagi.link/amaljariyah

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.