Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara; tidaklah kalian menunggu-nunggu (untuk beramal) kecuali akan datang kefakiran yang kalian abaikan, atau kekayaan yang kalian banggakan; atau sakit yang mengganggu (badan dan pikiran); atau masa tua yang mendatangkan kepikunan; atau kematian yang tiba-tiba; atau keluarnya dajjal; atau datangnya Hari Kiamat (HR at-Tirmidzi).

Amal kebajikan (amal shalih), meski berkonsekuensi pahala dan surga, tak selalu melecut semangat setiap Muslim untuk melakukannya. Karena berbagai hal—mungkin karena malas, lalai, kesibukan mengejar dunia, godaan setan, dll—amal kebajikan sering terlewatkan begitu saja. Padahal jika ada kemauan, sesungguhnya banyak kesempatan dan waktu luang pada diri setiap Muslim.

Banyak nash yang mendorong setiap Muslim untuk bersegera menunaikan amal kebajikan. Allah SWT berfirman (yang artinya): Berlombalah kalian dalam kebajikan (TQS al-Baqarah [2]: 148); Bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (TQS Ali Imran [3]: 133).

Baginda Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra, pernah bersabda, “Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah, seperti potongan malam yang gelap; seseorang menjadi Mukmin saat pagi hari, tetapi kafir saat sore harinya; ia menjadi Mukmin saat sore hari, tetapi kafir saat pagi harinya; ia menjual agamanya demi meraih secuil dunia.” (HR Muslim).

Rasulullah pun pernah bersabda, ”Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; keadaan sehatmu sebelum datang sakitmu; kecukupanmu sebelum datang kekuranganmu; waktu luangmu sebelum datang saat sibukmu; hidupmu sebelum datang kematianmu.” (Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, VII/263; Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf, XIII/223; Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, XI/235).

Dalam hadits lain Baginda Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah, ”Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara; tidaklah kalian menunggu- nunggu (untuk beramal) kecuali akan datang kefakiran yang kalian abaikan, atau kekayaan yang kalian banggakan; atau sakit yang mengganggu (badan dan pikiran); atau masa tua yang mendatangkan kepikunan; atau kematian yang tiba-tiba; atau keluarnya dajjal; atau datangnya Hari Kiamat.” (HR at-Tirmidzi).

Para Sahabat adalah orang-orang yang sangat memahami sabda Baginda Rasulullah saw. di atas. Mereka tidak pernah menunda-nunda amal kebajikan.

Mereka tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk beramal shalih. Terkait dengan hal ini, ada riwayat yang menyebutkan bahwa saat Perang Uhud seorang sahabat pernah bertanya kepada Baginda Rasulullah, ”Bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh, di mana tempat (kedudukan)-ku?” Beliau menjawab, ”Di surga.” Mendengar itu, Sahabat itu seketika melemparkan buah kurma yang ada di tangannya (saat itu ia sedang makan buah kurma, pen.), lalu ia segera lari ke medan perang hingga akhirnya terbunuh sebagai syahid.” (Mutaffaq ‘alayh).

Dalam riwayat lain disebutkan, beberapa saat menjelang Perang Khaibar, Baginda Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Suhail bin Saad, bersabda kepada para sahabat, ”Besok, bendera ini benar-benar akan aku berikan kepada orang yang lewat kedua tangannya Allah SWT memberikan kemenangan; ia mencintai Allah dan Rasul-Nya; Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dirinya.”

Pada malam harinya, tutur Suhail, para sahabat bertanya-tanya dalam hatinya masing-masing, siapakah gerangan orang yang akan diserahi bendera Rasul itu? Karena itu, keesokan harinya masing-masing bersegera dan berlomba menemui Baginda Rasulullah SAW; masing-masing berharap bahwa bendera itu akan Rasul berikan kepada dirinya. Saat mereka sudah berada di hadapan Rasul, beliau bertanya, ”Mana Ali?”

”Wahai Rasulullah, matanya sedang sakit,” jawab para sahabat. Baginda Rasul saw. lalu mengirim utusan untuk memanggil Ali bin Abi Thalib ra. Setelah Ali hadir di hadapan beliau, beliau segera meludahi kedua matanya seraya berdoa bagi kesembuhannya. Dengan izin Allah SWT, seketika kedua mata Ali sembuh, seakan-akan sebelumnya ia tidak merasakan sakit. Baginda Rasul saw. lalu segera menyerahkan bendera itu kepada Ali ra. Ali berkata, ”Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.”

”Pergilah engkau hingga tiba di tempat mereka. Kemudian serulah mereka untuk masuk Islam. Beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah yang harus mereka tunaikan. Demi Allah, andaikan Allah SWT memberikan hidayah kepada seseorang lewat dirimu, itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki keledai yang paling bagus.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Demikianlah keteladanan para sahabat. Mereka bukan saja tangkas dalam mengambil setiap peluang yang memungkinkan dirinya bisa beramal shalih. Mereka bahkan senantiasa menunggu-nunggu datangnya kesempatan untuk menunaikan ragam amal kebajikan itu. Mudah-mudahan kita pun bisa seperti mereka. Amin.[]

=======================================

Yuk Gabung Channel ⤵
Whatsapp : https://s.id/ariefbiskandar
Telegram : https://t.me/ariefbiskandar

➡ Website Resmi:https://ariefbiskandar.com/

Yuk Beramal Jariyah ⤵:
https://darunnahdhah.or.id/donasi/

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.