Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

BANYAK manusia hidup, tetapi hatinya mati. Seolah tak punya hati. 

Saat hati mati, ia tak akan tergerak untuk  berusaha selalu taat, bahkan sekadar memenuhi panggilan shalat. 

Saat hati mati, maksiat bisa dianggap maslahat; dosa dipandang hal biasa. Jika sudah demikian, tobat pun kadang sulit untuk diharapkan. 

Karena itu penting untuk berusaha agar hati kita selalu hidup. Jangan sampai mati. 

Dalam hal ini Al-‘Allamah Ibnu al-Qayyim rahimahulLaah berkata:

إن الله سبحانه جعل العلم للقلوب كالمطر للأرض. فكما أنه لا حياة للأرض إلا بالمطر. فكذلك لا حياة للقلب إلا بالعلم – مفتاح دار السعادة (١/١٦٨)

“Sungguh Allah SWT telah menjadikan ilmu bagi hati seperti air hujan bagi bumi ini. Sebagaimana bumi tidak akan hidup kecuali dengan air hujan maka demikian pula hati, tidak akan hidup tanpa ilmu.” (Ibnu al-Qayyim, Miftah Dasar as-Sa’aadah, 1/168).

Alhasil, yuk kita senantiasa ramaikan majelis-majelis ilmu, agar hati kita selalu hidup. Tak pernah mati.

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []