Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)
TAK sedikit manusia yang hatinya mati. Hatinya keras membatu. Demikian sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Quran:
ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةً
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi (QS. al-Baqarah [2]: 74)
Saat hati manusia keras membatu, biasanya mereka sulit bergerak untuk taat kepada Allah SWT. Sebaliknya, mereka akan mudah melakukan dosa dan maksiat kapada-Nya. Ini karena hati mereka yang keras membatu jauh dari petunjuk Allah SWT. Nasihat apapun tak akan berfaedah bagi mereka. Bahkan boleh jadi mereka makin sombong. Mereka pun makin jauh dari Allah SWT. Tentu ini musibah besar bagi mereka tanpa mereka sadari.
Kita tentu tak ingin seperti mereka. Tak ingin memiliki hati yang mati; hati yang keras membatu.
Untuk itu, agar hati kita selalu hidup, Imam Ibnu al-Qayyim rahimahulLaah menyampaikan nasihat:
مفتاح حياة القلب: تدبر القرآن والتضرع بالأسحار
“Kunci agar hati selalu hidup antara lain dengan banyak merenungkan (kandungan) al-Quran dan banyak menundukkan diri kepada Allah di waktu sahur.” (Ibnu al-Qayyim, Haadii al-Arwaah ilaa Bilaad al-Afraah, hlm. 100).
Semoga hati kita selalu hidup. Dengan itu kita mudah tergerak untuk selalu taat kepada Allah SWT. Juga mudah untuk selalu menerima nasihat yang baik dari siapa pun dan darimana pun datangnya. Aamiin.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []