Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
BAGI seorang Muslim, hanya ada dua pilihan saat bertutur kata. Itulah yang disabdakan Rasulullah saw., “Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir, berkatalah yang baik atau diam.” (HR al-Bukhari).
Karena itu pula Rasul saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dari diriku pada Hari Kiamat nanti adalah para penceloteh yang terlalu banyak bicara.” (HR at-Tirmidzi).
Apalagi jika celotehannya mengandung unsur ghîbah (menggunjingkan orang) maka ini haram (QS al-Hujurat [49]: 12).
Selain menggunjing, yang juga haram adalah ucapan yang mengandung unsur mengadu domba karena Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Di antara perkara yang juga wajib dijauhi oleh lisan adalah dusta. Rasul saw. bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga. Orang yang senantiasa jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan keburukan dan keburukan itu mengantarkan ke neraka. Orang yang suka berbohong niscaya tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR al-Bukhari).
Selain itu, lisan kita harus: dijauhkan dari perdebatan tak berguna (HR Abu Dawud); pandai menjaga rahasia (aib) orang lain (HR Muslim); tidak saling mengolok-olok atau memanggil orang dengan gelar yang buruk (QS al-Hujurat [49]: 11).
Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []